CIRCLE Indonesia: Sejarah dan Cerita di Balik Logo
Memasuki usianya yang ke 12, CIRCLE Indonesia ingin mengajak untuk mengingat kembali sejarah terbentuknya koperasi ini dan cerita di balik logo.
Pendirian CIRCLE Indonesia diawali dengan rangkaian diskusi yang diprakarsai oleh Yohanes da Masenus Arus, Sabastian Saragih dan Retno Winahyu (Almh) pada bulan April 2005 tentang bagaimana mereka dapat terus mengembangkan dan berbagi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari Oxfam GB setelah mereka bukan lagi bagian dari organisasi tersebut.
Diskusi berkisar pada bagaimana pendekatan berdasarkan hak (Rights Based) dan pendekatan Perdagangan yang Berkeadilan (Fair Trade) dapat diintegrasikan dengan kapasitas yang ada pada manajemen proyek dalam konteks pembangunan masyarakat sipil di Indonesia.
Kemudian gagasan itu berkembang menjadi keinginan untuk melembagakan pendekatan dan kapasitas tersebut. Diskusi lebih lanjut dipimpin oleh Rizal Malik, mantan Perwakilan Negara (Country Representative) Oxfam GB di Indonesia periode 1998-2002, yang mencetuskan ide awal menjadi ide kolektif yang melibatkan beberapa mantan staff Oxfam GB Indonesia lainnya. Diskusi ini terus bergulir sampai 20 mantan staff Oxfam GB lainnya bergabung. Ide-ide juga muncul untuk pembentukan forum yang akan mempertahankan ikatan dan hubungan baik antara mantan anggota staff Oxfam GB ini. Akhirnya disepakati dengan suara bulat untuk mendirikan sebuah koperasi.
Mengapa Koperasi?
Koperasi dipilih karena bentuk organisasi semacam ini percaya pada prinsip keadilan dan demokrasi yang baik. Koperasi memperkuat kekerabatan dan menunjukkan komitmen sosial yang berkelanjutan terhadap lingkungannya. Koperasi tidak hanya bertujuan mengakumulasi modal dan laba, melainkan memastikan juga kesejahteraan bersama.
Setelah menyetujui jenis organisasi, langkah selanjutnya adalah menemukan nama dan logo.
CIRCLE Indonesia dengan suara bulat dipilih untuk menjadi nama organisasi. CIRCLE mewakili gagasan utama untuk memiliki sebuah forum bagi anggota untuk berbagi ide dan pembelajaran baik dari pengalaman individu maupun kolektif selama bekerja di organisasi non-pemerintah. Para pendiri berharap bahwa CIRCLE Indonesia dapat berfungsi sebagai suatu aliran khusus dari pemikiran yang holistik dan pengembangan masyarakat sipil di Indonesia. Sebuah lingkaran juga menggambarkan ikatan dan kekeluargaan yang diharapkan dapat selalu terjaga baik dalam keadaan yang baik mapun buruk.
Logo CIRCLE Indonesia kemudian dirancang oleh Reina Asmedi, salah satu anggota CIRCLE Indonesia, berdasarkan masukan dan wawasan dari anggota lain. Merah dan biru dipilih karena mewakili sifat dan ciri-ciri anggota CIRCLE Indonesia. Merah melambangkan keberanian, sumber energi, kekuatan, semangat, dan gairah untuk beraksi dan menandakan sukacita. Biru dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan dan menandakan stabilitas, kecerdasan, dan kepercayaan diri.
Huruf C berwarna merah menandakan bahwa anggota Koperasi CIRCLE Indonesia adalah profesional dengan keberanian, energi, dan semangat dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Sementara itu, bola dunia biru di dalam huruf C mewakili visi dan harapan CIRCLE Indonesia untuk dapat bekerja secara global.
Pertemuan untuk pembentukan Koperasi CIRCLE Indonesia diadakan di kediaman Ibu Retno Winahyu (Almh) pada tanggal 26 Februari 2006. Penandatanganan akta notaris hukum tentang pembentukan Koperasi Pengembangan Sumberdaya Masyarakat Sipil Indonesia “CIRCLE Indonesia” dilakukan oleh notaris, Sutrisno, SH, di kantornya pada tanggal 26 Mei 2006 di hadapan tiga pendiri, yaitu Retno Winahyu (Almh), Yohanes da Masenus Arus dan Theresia Wuryantari, yang mewakili 18 pendiri lainnya.
Tulisan Terakhir
- Di Tangan Kamu: Satu Bumi untuk Semua
- Diskusi Lingkaran Iklim #2: Upaya Adaptasi Kota di Era Global Boiling – Mendalami Fenomena Iklim dan Metode Adaptasi Iklim di Lingkungan Perkotaan.
- “Hybridity”, Dari Buku Foto hingga Film Dokumenter: Sebuah Presentasi Karya Visual yang Mengulik Isu Lingkungan melalui Beragam Lanskap Rasa
- Diskusi Lingkaran Iklim #1: Memetakan dan Memperkaya Kamus Iklim Kita untuk Diskursus Iklim yang Produktif.
- Konsolidasi Regional Komunitas di Yogyakarta dalam Menyambut Aksi Global Power Up: Transisi Untuk Solusi
Komentar Terakhir
Arsip
- Januari 2024
- Desember 2023
- November 2023
- Oktober 2023
- Agustus 2023
- Juni 2023
- Mei 2023
- Maret 2023
- Oktober 2022
- September 2022
- Maret 2022
- Februari 2022
- Juli 2021
- Desember 2020
- Juli 2020
- Juni 2020
- Mei 2020
- Desember 2019
- November 2019
- Agustus 2019
- Juli 2019
- Mei 2019
- April 2019
- Januari 2019
- September 2018
- Agustus 2018
- Juli 2018
- Januari 2018
- November 2017
- Oktober 2017
- September 2017
- Agustus 2017
- Juli 2017
- Juni 2017
- Mei 2017
- April 2017
- Maret 2017
- Desember 2016
- November 2016
- Oktober 2016
- Juli 2016
- Juni 2016
- April 2016
- Januari 2016
- Desember 2015
- September 2015
- Juli 2015
- Mei 2015
- Januari 2015
- Desember 2014
- Agustus 2014
- April 2014
- Maret 2014
- Februari 2014
- Januari 2014
- Desember 2013
- November 2013
- Oktober 2013
- September 2013