Berdayakan ‘Mutiara-Mutiara’ dari NTT: Kilas Balik Keberhasilan Evaluasi Akhir Proyek Better Life Options and Opportunities Model (BLOOM) Indonesia oleh Tim CIRCLE Indonesia
Konsultan: |
|
Pencacah/ enumerator |
|
Metodologi | Kualitatif:
|
Kuantitatif:
|
Pengangguran, kurangnya akses ke pendidikan, kehamilan dini, dan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi adalah masalah-masalah yang sudah menjadi momok menahun bagi masyarakat provinsi Nusa Tenggara Timur. Mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani subsisten. Pada tahun 2016, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu daerah paling miskin dan terbelakang di Indonesia dengan persentase penduduk miskin mencapai 22,01%. Masalah ini sangat berdampak pada mayoritas populasi masyarakat, termasuk remaja, khususnya remaja perempuan. Fakta itu melatarbelakangi inisiasi Proyek Better Life Options and Opportunities Model (BLOOM) Indonesia di bawah koordinasi PLAN International, sebagai upaya menyiapkan generasi muda yang lebih siap secara sumber daya manusia ke depan, sehingga harapannya akan dapat turut serta berkontribusi dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan keterbelakangan yang sudah menahun di Nusa Tenggara Timur.
Dengan menggabungkan praktik baik dari proyek GERAK SEREMPAK, proyek BIAAG 1.0 (Because I Am A Girl/Karena Aku Anak Perempuan) yang telah dilaksanakan sebelumnya di Provinsi NTT dari Juni 2012-September 2016, Proyek BLOOM Indonesia telah terlaksana mulai 1 Januari 2017 hingga 30 November 2020. Daerah sasaran proyek mencakup 3 kabupaten; Nagekeo, Sikka dan Lembata di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan cakupan yang luas, proyek BLOOM Indonesia berhasil menyasar penerima manfaat langsung proyek dengan jumlah mencapai 1.800 remaja (70% perempuan, 30% laki-laki) berusia 13 sampai 19 tahun. Selain itu, proyek ini juga berhasil merangkul 60 fasilitator dan melaksakan 2.500 Forum Orangtua/Keluarga sebagai wadah dukungan peluang pengembangan pribadi dan karier bagi remaja perempuan dan laki-laki di Kabupaten Lembata, Nagekeo, dan Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur/NTT, Indonesia
Yayasan PLAN International menunjuk CIRCLE Indonesia untuk melakukan evaluasi proyek BLOOM Indonesia. Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan triangulasi data dari berbagai sumber. Tim evaluasi akhir CIRCLE Indonesia terdiri dari Dr. Laila Kholid Alfirdaus sebagai ketua tim, dibantu oleh Veronica Purwaningsih dan Gama Triono sebagai anggota tim, lalu Isma Novitasari sebagai Quality Assurance, Deddy Heriyanto sebagai Direktur CIRCLE Indonesia sekaligus Quality Assurance, serta Reina Asmedi sebagai Project Admin/Finance Officer. Tim ini berhasil melakukan penelitian metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui penggalian wawancara informan kunci, diskusi (KII), diskusi kelompok terarah (FGD), dan observasi langsung di tiga kabupaten tersebut. Adapun dalam pelaksanaan metode kuantitatif melalui survei, tim evaluasi dibantu oleh pencacah/enumerator lokal sejumlah 8 orang (Kabupaten District Lembata: 2 orang, Kabupaten Sikka: 2 orang, Kabupaten Nagekeo 4 orang) sehingga berhasil mengumpulkan data survei yang dibutuhkan. Pengumpulan data ini dipecepat dengan menggunakan applikasi Open Data Kit Collect (ODK Collect: aplikasi pengumpulan data lapangan berbasis android).
Untuk mempersiapkan pencacah/enumerator yang akan melakukan survei, CIRCLE Indonesia mengadakan 2 hari pelatihan yang diadakan secara online. Agenda pelatihan antara lain menyampaikan informasi mengenai program, latar belakang dan tujuan survei, teknis penggunaan ODK Collect, dan praktek penggunaan ODK Collect.
Sehubungan dengan COVID-19, survei lapangan yang dilakukan secara tatap muka tetap mengutamakan protokol kesehatan yang ketat. Di antara protokol itu adalah semua pencacah diwajibkan menjalani tes antigen serta responden diberi masker dan sanitizer (penyanitasi). Hal tersebut juga berlaku untuk FGD, dimana peneliti diwajibkan untuk melakukan tes antigen, memakai masker saat FGD, serta menyediakan masker dan penyanitasi bagi peserta FGD. Sementara itu, sebagian besar KII dilaksanakan secara daring. Walau demikian, terdapat beberapa wawancara informan kunci yang tidak memungkinkan dilaksanakan secara daring. Dalam hal ini protokol kesehatan secara ketat tetap diterapkan untuk mengantisipasi penyebaran virus.
Pelatihan pencacah/enumerator sebelum turun lapangan
Tulisan Terakhir
- Di Tangan Kamu: Satu Bumi untuk Semua
- Diskusi Lingkaran Iklim #2: Upaya Adaptasi Kota di Era Global Boiling – Mendalami Fenomena Iklim dan Metode Adaptasi Iklim di Lingkungan Perkotaan.
- “Hybridity”, Dari Buku Foto hingga Film Dokumenter: Sebuah Presentasi Karya Visual yang Mengulik Isu Lingkungan melalui Beragam Lanskap Rasa
- Diskusi Lingkaran Iklim #1: Memetakan dan Memperkaya Kamus Iklim Kita untuk Diskursus Iklim yang Produktif.
- Konsolidasi Regional Komunitas di Yogyakarta dalam Menyambut Aksi Global Power Up: Transisi Untuk Solusi
Komentar Terakhir
Arsip
- Januari 2024
- Desember 2023
- November 2023
- Oktober 2023
- Agustus 2023
- Juni 2023
- Mei 2023
- Maret 2023
- Oktober 2022
- September 2022
- Maret 2022
- Februari 2022
- Juli 2021
- Desember 2020
- Juli 2020
- Juni 2020
- Mei 2020
- Desember 2019
- November 2019
- Agustus 2019
- Juli 2019
- Mei 2019
- April 2019
- Januari 2019
- September 2018
- Agustus 2018
- Juli 2018
- Januari 2018
- November 2017
- Oktober 2017
- September 2017
- Agustus 2017
- Juli 2017
- Juni 2017
- Mei 2017
- April 2017
- Maret 2017
- Desember 2016
- November 2016
- Oktober 2016
- Juli 2016
- Juni 2016
- April 2016
- Januari 2016
- Desember 2015
- September 2015
- Juli 2015
- Mei 2015
- Januari 2015
- Desember 2014
- Agustus 2014
- April 2014
- Maret 2014
- Februari 2014
- Januari 2014
- Desember 2013
- November 2013
- Oktober 2013
- September 2013