Tantangan Cuaca Kemarau di Yogyakarta
- admin
- Nov, 01, 2023
- Diskusi Anak Muda, Pemuda dan Keadilan Iklim
- Comments Off on Tantangan Cuaca Kemarau di Yogyakarta
Ditulis oleh: Chantal Maharani Major (Kelas 8)
Musim Kemarau di Yogyakarta mengalami peningkatan suhunya. Suhu Yogyakarta yang biasanya rata-rata sekitar 30 derajat Celcius, dalam beberapa tahun terakhir panasnya menjadi lebih ekstrem, dengan suhu yang mencapai 35 derajat Celcius dan bahkan lebih tinggi pada hari-hari tertentu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Perubahan Iklim: Pemanasan global menyebabkan suhu rata-rata bumi meningkat, dan hal ini juga berdampak di Yogyakarta.
- Urbanisasi: Kota Yogyakarta berkembang pesat, dan hal ini menyebabkan peningkatan infrastruktur yang memerangkap panas, seperti aspal dan beton.
- Deforestasi: Hutan di sekitar Jogja ditebangi untuk pembangunan, sehingga mengurangi jumlah naungan dan vegetasi yang dapat membantu mendinginkan Yogyakarta.
Apakah pembakaran sampah yang banyak terjadi akhir-akhir ini di Yogyakarta penyebab langsung panasnya kota Yogyakarta? Bukan, namun banyaknya pembakaran sampah bisa berkontribusi terhadap polusi udara yang membuat udara panas semakin parah. Polusi udara juga dapat memerangkap panas di atmosfer sehingga membuat kota terasa semakin panas.
Seperti disebutkan diatas bahwa tingginya suhu di Yogyakarta yang tidak normal merupakan pertanda terjadinya perubahan iklim, dan memberikan sejumlah dampak negatif bagi Yogyakarta, antara lain:
- Meningkatnya ketidaknyamanan: Cuaca panas menyulitkan masyarakat untuk tinggal dan bekerja di Jogja.
- Meningkatnya masalah kesehatan: Panas menyebabkan penyakit berhubungan dengan panas, seperti serangan panas dan kelelahan akibat panas.
- Meningkatnya konsumsi energi: Masyarakat semakin banyak menggunakan AC dan peralatan intensif energi lainnya agar tetap terasa sejuk.
- Kerusakan infrakstruktur: Panas merusak infrakstruktur, seperti jalan raya dan rel kereta api.
Untuk membantu memantau parameter meteorologi, termasuk kenaikan suku udara, Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta menggunakan sebuah alat bernama Automatic Weather Station (AWS). AWS merupakan stasiun cuaca otomatis yang didesain untuk mengukur dan mencatat data parameter-parameter meteorologi (radiasi matahari, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan) secara otomatis dan terintegrasi untuk mempermudah pengamatan data oleh BMKG Pusat.
Solusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang bisa dilakukan yaitu seperti penanaman pohon (reboisasi), pengurangan emisi (kandungan gas yang dibuang ke udara) gas rumah kaca, beralih ke sumber energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil. Solusi-solusi tersebut bisa dilakukan, namun cukup menantang. Tetapi kita dapat memulai dari hal-hal kecil seperti melakukan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle), mengurangi pemakaian plastik, pembungkus styrofoam, dsb.
Untuk menghindari dampak negative pada diri kita pada saat suhu panas yang ekstrim, kita dapat melakukan beberapa penyesuaian yang dapat kita lakukan sehari-hari, yaitu harus tetap terhidrasi dengan minum yang banyak, menghindarkan aktivitas berat selama cuaca terpanas yang berada di siang hari, dan menggunakan pakaian yang longgar agar lebih nyaman. Penting juga untuk memastikan bahwa semua rumah dan tempat usaha juga memiliki isolasi yang baik untuk mencegahkan masuknya panas udara tersebut.
Perubahan iklim yang tejadi di Yogyakarta merupakan bagian kecil dari permasalahan serius perubahan iklim di Indonesia, yang menimbulkan sejumlah dampak negatif yang dirasakan oleh penduduk Indonesia, antara lain:
- Peristiwa cuaca yang lebih ekstrem: Indonesia mengalami lebih banyak peristiwa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan, dan banjir.
- Naiknya permukaan air laut: naiknya permukaan air laut, hal ini mengancam masyarakat pesisir di Indonesia.
- Berkurangnya hasil panen: panas merusak tanaman, sehigga dapat menyebabkan kekurangan pangan.
- Meningkatnya kekeringan: panas mengeringkan sungai dan danau, yang dapat menyebabkan kekurangan air.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab utama cuaca panas di Yogyakarta yang ekstrim akhir-akhir ini adalah dikarenakan adanya perubahan iklim global. Perubahan iklim ini juga dirasakan oleh penduduk Indonesia. Banyak dampak yang dirasakan dengan adanya perubahan iklim ini termasuk meningkatnya ketidaknyamanan, meningkatnya masalah Kesehatan, meningkatnya konsumsi energi serta kerusakan infrakstruktur. Sedangkan solusi yang bisa dilakukan penanaman pohon (reboisasi), pengurangan emisi gas rumah kaca, beralih ke sumber energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil. Solusi ini tidak mudah, tetapi kita dapat memulai dari hal-hal kecil seperti melakukan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle), mengurangi pemakaian plastik, pembungkus styrofoam, dsb.
Sumber:
Wawancara dengan Bp. Ari W. Adipratomo, Penasihat Kebijakan dan Program Rendah Karbon, dari British Embassy di Jakarta
Alat Pengamatan BMKG https://staklimyogyakarta.com/alat-pengamatan-bmkg/
Tulisan Terakhir
- Di Tangan Kamu: Satu Bumi untuk Semua
- Diskusi Lingkaran Iklim #2: Upaya Adaptasi Kota di Era Global Boiling – Mendalami Fenomena Iklim dan Metode Adaptasi Iklim di Lingkungan Perkotaan.
- “Hybridity”, Dari Buku Foto hingga Film Dokumenter: Sebuah Presentasi Karya Visual yang Mengulik Isu Lingkungan melalui Beragam Lanskap Rasa
- Diskusi Lingkaran Iklim #1: Memetakan dan Memperkaya Kamus Iklim Kita untuk Diskursus Iklim yang Produktif.
- Konsolidasi Regional Komunitas di Yogyakarta dalam Menyambut Aksi Global Power Up: Transisi Untuk Solusi
Komentar Terakhir
Arsip
- Januari 2024
- Desember 2023
- November 2023
- Oktober 2023
- Agustus 2023
- Juni 2023
- Mei 2023
- Maret 2023
- Oktober 2022
- September 2022
- Maret 2022
- Februari 2022
- Juli 2021
- Desember 2020
- Juli 2020
- Juni 2020
- Mei 2020
- Desember 2019
- November 2019
- Agustus 2019
- Juli 2019
- Mei 2019
- April 2019
- Januari 2019
- September 2018
- Agustus 2018
- Juli 2018
- Januari 2018
- November 2017
- Oktober 2017
- September 2017
- Agustus 2017
- Juli 2017
- Juni 2017
- Mei 2017
- April 2017
- Maret 2017
- Desember 2016
- November 2016
- Oktober 2016
- Juli 2016
- Juni 2016
- April 2016
- Januari 2016
- Desember 2015
- September 2015
- Juli 2015
- Mei 2015
- Januari 2015
- Desember 2014
- Agustus 2014
- April 2014
- Maret 2014
- Februari 2014
- Januari 2014
- Desember 2013
- November 2013
- Oktober 2013
- September 2013