“Hybridity”, Dari Buku Foto hingga Film Dokumenter: Sebuah Presentasi Karya Visual yang Mengulik Isu Lingkungan melalui Beragam Lanskap Rasa
- admin
- Nov, 23, 2023
- Diskusi Anak Muda, Pemuda dan Keadilan Iklim
- Comments Off on “Hybridity”, Dari Buku Foto hingga Film Dokumenter: Sebuah Presentasi Karya Visual yang Mengulik Isu Lingkungan melalui Beragam Lanskap Rasa
Oleh: Meigitaria Sanita
Koordinator Pameran dan Co-Curator: Zaki Habibi, zaki.habibi@uii.ac.id, IG: @habibizaki
Tujuh belas karya visual hadir dalam sebuah presentasi kolektif pada 15-17 November 2023 di Cafe Sirkel de Koffie Yogyakarta, tepatnya di Retno Winahyu Room, lantai dua kafe sekaligus youth and environmental hub. Presentasi karya berformat pameran mini ini berfokus pada topik-topik lingkungan yang dieksplorasi dari beragam pendekatan artistik dan tematik.
Seluruh karya yang dipamerkan merupakan hasil produksi dalam kurun setahun terakhir oleh para staf dan sejumlah dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia (UII). Setelah melalui berbagai proses, termasuk keikutsertaan dalam sejumlah workshop berskala lokal, nasional dan internasional di Yogyakarta, Jakarta dan Kuala Lumpur, akhirnya karya-karya ini pun akan dapat dinikmati oleh publik secara luas di Yogyakarta pada pertengahan November ini. Presentasi bertajuk “Hybridity” ini adalah bentuk kerja kolaboratif yang selama ini dilakukan di Prodi Ilmu Komunikasi UII yang melibatkan dosen, staf, hingga pegiat komunitas di berbagai daerah di Indonesia.
Karya-karya visual yang hadir dalam pameran “Hybridity” ini di antaranya berbentuk buku foto (photobooks), artikulasi atas stage photography, dan film dokumenter pendek. Presentasi ini digelar selama tiga hari berturut-turut, yakni pada 15-17 November 2024. Pameran ini terbuka untuk umum dalam tiga hari tersebut mulai pukul 15:00 WIB hingga 21:00 WIB di Retno Winayu Room, lantai 2 Cafe Sirkel de Koffie, Jalan Jati Ngali No. 138A, Kutu Dukuh, Sinduadi, Mlati, Sleman.
Tajuk “Hybridity” yang dipilih sebagai fokus tema kuratorial pameran ini berangkat dari tiga premis utama di balik seluruh karya terpilih. Ketiganya adalah hibriditas teknologi (analog-digital, daring-luring), hibriditas nilai dalam keseharian (privat-publik, arogan-toleran), dan hibriditas modalitas (visual, sensoris, pemanggungan dan ke-panggung-an/staging) yang – disadari atau tidak – telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseharian hidup warga urban di berbagai sudut dunia. Kelindan di antara ketiga aspek perpaduan alias hibriditas inilah yang akhirnya bermuara pula pada bagaimana makna hidup kita bentuk sehari-hari melalui beragam lanskap rasa dan asa.
Selain diinisiasi dan dikelola oleh para staf dan dosen di Prodi Ilmu Komunikasi, UII Yogyakarta, presentasi karya ini juga didukung oleh CIRCLE Indonesia, Café Sirkel de Koffie dan Gueari Galeri Jakarta.
Deretan Karya yang Dipresentasikan:
- Buku foto “Dokumentasi Visual Ekspresi Warga 2019” – kreator: Pusat Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim
- Buku foto “Dokumentasi Visual Ekspresi Warga 2020” – PSDMA Nadim
- Buku foto “Dokumentasi Visual Ekspresi Warga 2021” – PSDMA Nadim
- Buku foto “Main di Alam dan Iman: a homeschooling life” – Sulistiyawati & A Pambudi W
- Buku foto “mBrebeki” – Desyatri Parawahyu Mayangsari
- Buku foto “Ikan Bilih, Danau Singkarak, dan Masyarakat di Pinggirannya” – Risky Wahyudi
- Buku foto “Inside” – Iven Sumardiyantoro
- Buku foto “Subtle Encounter” – Zaki Habibi dan Hayu Hamemayu
- Buku foto “Abandoned and Beyond” – Zaki Habibi
- Buku foto “SEBUTLAH NAMA TUHANMU SEBELUM TIDUR” – kurator: A Pambudi W, Risky Wahyudi, M.I.T. Gunawan
- Buku Foto “Messages in Silence” – M.I.T. Gunawan
- Presentasi fotografi “Stage Photography” – Rizka Aulia Ramadhani
- Film Dokumenter #1 “Panglima Laot” – sutradara: Muzayin Nazaruddin
- Film Dokumenter #2 “Sweat Dripping in the Ripples of the Rivers” – sutradara: Puji Hariyanti
- Film Dokumenter #3 “The Man of The Lake” – sutradara: M.I.T. Gunawan
- Film Dokumenter #4 “Songket” – sutradara: Herman Felani Tanjung
- Film Dokumenter #5 “The Independence Day, Between Tears and Laughter” – sutradara: M.I.T. Gunawan
Film Dokumenter yang menceritakan perempuan nelayan dan ancaman perubahan iklim di pesisir Demak berjudul “The Independence Day, Between Tears and Laughter” berhasil masuk nominasi film dokumenter pendek terbaik dalam Festival Film Indonesia 2023.
“Stage Photography, berawal dari kesukaan atau bisa dibilang saya hanya ’penikmat’ pertunjukan musik saja. Tapi, setelah menyaksikan berbagai pertunjukan musik, ternyata makna panggung atau stage bisa berarti macam-macam buat saya. Itulah yang mendorong saya menyajikan foto-foto pertunjukan musik yang saya datangi menjadi sebuah wujud presentasi yang mencampur-campurkan elemen seperti ini, tak ubahnya bercampur-aduknya emosi dan juga pengalaman saat kita berinteraksi dengan musik dalam arti keutuhannya” – Rizka Aulia Ramadhani.
“Ide pembuatan seri buku ini [Dokumentasi Visual Ekspresi Warga] mulanya berasal dari keinginan teman-teman di lingkungan Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk mengarsipkan ‘suara-suara’ yang muncul dari warga dalam berbagai bentuk yang melampaui format verbal. Suara-suara tersebut akhirnya kami pahami sebagai bentuk ekspresi yang penting dan sekaligus menggambarkan aspirasi terdalam warga yang tersaji di ruang jalanan” – Putri Asriyani dan Ajeng P Andani, staf Pusat Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim.
“Memori dalam bentuk visual barangkali adalah sebuah kemewahan ketika masa-masa foto masih berada dalam era rol film. Namun kini, memori visual bisa berarti tak hanya banjir informasi tapi juga riuh emosi. Begitu pula dengan buku foto ini.” – Sulistyawati dan A Pambudi W.
“Buku foto ini memiliki semangat ‘sembuh untuk berkarya, dan berkarya untuk sembuh’, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk semua orang yang melihat buku ini. ‘Sembuh’ dari ‘Luka’ tidak harus melalui hal yang tidak baik, bahkan banyak hal baik yang bisa dilahirkan dari sebuah ‘Luka’” – Desyatri Parawahyu Mayangsari.
Menyaksikan presentasi karya-karya yang unik akan memberi beragam insights dan inspirasi. Selanjutnya, mengalami setiap karya yang dihadirkan secara langsung melalui eksplorasi tubuh secara interaktif dan sensoris di ruang pameran ini dapat pula mengantarkan kita menuju pemahaman atas isu tertentu maupun landskap rasa yang selama ini tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Tulisan Terakhir
- Di Tangan Kamu: Satu Bumi untuk Semua
- Diskusi Lingkaran Iklim #2: Upaya Adaptasi Kota di Era Global Boiling – Mendalami Fenomena Iklim dan Metode Adaptasi Iklim di Lingkungan Perkotaan.
- “Hybridity”, Dari Buku Foto hingga Film Dokumenter: Sebuah Presentasi Karya Visual yang Mengulik Isu Lingkungan melalui Beragam Lanskap Rasa
- Diskusi Lingkaran Iklim #1: Memetakan dan Memperkaya Kamus Iklim Kita untuk Diskursus Iklim yang Produktif.
- Konsolidasi Regional Komunitas di Yogyakarta dalam Menyambut Aksi Global Power Up: Transisi Untuk Solusi
Komentar Terakhir
Arsip
- Januari 2024
- Desember 2023
- November 2023
- Oktober 2023
- Agustus 2023
- Juni 2023
- Mei 2023
- Maret 2023
- Oktober 2022
- September 2022
- Maret 2022
- Februari 2022
- Juli 2021
- Desember 2020
- Juli 2020
- Juni 2020
- Mei 2020
- Desember 2019
- November 2019
- Agustus 2019
- Juli 2019
- Mei 2019
- April 2019
- Januari 2019
- September 2018
- Agustus 2018
- Juli 2018
- Januari 2018
- November 2017
- Oktober 2017
- September 2017
- Agustus 2017
- Juli 2017
- Juni 2017
- Mei 2017
- April 2017
- Maret 2017
- Desember 2016
- November 2016
- Oktober 2016
- Juli 2016
- Juni 2016
- April 2016
- Januari 2016
- Desember 2015
- September 2015
- Juli 2015
- Mei 2015
- Januari 2015
- Desember 2014
- Agustus 2014
- April 2014
- Maret 2014
- Februari 2014
- Januari 2014
- Desember 2013
- November 2013
- Oktober 2013
- September 2013